Pada zaman perang Diponegoro dulu, alkisah jenderal De Kock yang memimpin tentara kompeni mendengar kabar bahwa pasukan Pangeran Diponegoro sedang dalam perjalanan menyerbu benteng Belanda di Batavia. Oleh karenanya, ia pun menyuruh Mas Sumireng, seorang penduduk pribumi yang bekerja pada Belanda dan terkenal dengan kemampuannya mencari jejak, untuk memperkirakan sampai di mana pasukan Diponegoro berada.
Dengan perlahan, Mas Sumireng pun jongkok dan menempelkan telinganya ke tanah sementara Jenderal De Kock terus mengamatinya.
"Hmm, ada sekitar 3000 orang pasukan yang dipimpin empat panglima perang yang dua diantaranya mengendarai kuda warna hitam, satu kuda putih dan satu kuda coklat. Dan sambil berteriak-teriak para pasukan itu semuanya membawa panah, tombak dan pedang yang terhunus ke atas....!"
"Heeh, kowe orang hebat bener? cuma nempelin kuping di tanah sudah bisa tahu dengan tepat seperti itu?" tanya sang jenderal sambil geleng-geleng kepala.
"Bukan, meneeer...." kata Mas Sumireng sambil ketakutan.
"Saya bisa lihat semua karena mereka sudah sampai di dekat jembatan itu....," kata Mas Sumireng sambil menunjuk sebuah jembatan yang jaraknya hanya sekitar 150 meter dari tempat mereka
berdiri.
Beli Makan di Warteg
Suatu hari ada seorang anak dan bapaknya dalam perjalanan ke luar kota, sebut saja Riyan dan Pak Asik. Pak Asik sehari-harinya bekerja sebagai supir dan anaknya Riyan sebagai keneknya, saat ini mereka sedang berada di daerah Pekalongan.
PAK ASIK : "Yan kamu lapar gak?"
RIYAN : "Iya pak, dari tadi pagi belum makan, aku lapar banget nih..."
PAK ASIK : "Kalo gitu kamu beli nasi bungkus di Warteg! Nih kunci mobil, kamu bawa mobil aja biar cepet! Jangan lupa beliin juga buat bapak ya?"
RIYAN : "Warteg itu apa sih pak???"
PAK ASIK : "Warteg itu Warung Tegal, begoo...!"
RIYAN : "Aku berangkat dulu ya pak?!"
Setelah ditunggu sampai 2 jam, Riyan baru datang.
PAK ASIK : "Kok lama banget beli nasi bungkusnya!?"
RIYAN : "Ini udah termasuknya cepet pak, biasanya dari Pekalongan ke Tegal kalo macet nyampainya bisa 4 jam!"
PAK ASIK : "Hah!!!!...."
Dengan perlahan, Mas Sumireng pun jongkok dan menempelkan telinganya ke tanah sementara Jenderal De Kock terus mengamatinya.
"Hmm, ada sekitar 3000 orang pasukan yang dipimpin empat panglima perang yang dua diantaranya mengendarai kuda warna hitam, satu kuda putih dan satu kuda coklat. Dan sambil berteriak-teriak para pasukan itu semuanya membawa panah, tombak dan pedang yang terhunus ke atas....!"
"Heeh, kowe orang hebat bener? cuma nempelin kuping di tanah sudah bisa tahu dengan tepat seperti itu?" tanya sang jenderal sambil geleng-geleng kepala.
"Bukan, meneeer...." kata Mas Sumireng sambil ketakutan.
"Saya bisa lihat semua karena mereka sudah sampai di dekat jembatan itu....," kata Mas Sumireng sambil menunjuk sebuah jembatan yang jaraknya hanya sekitar 150 meter dari tempat mereka
berdiri.
Beli Makan di Warteg
Suatu hari ada seorang anak dan bapaknya dalam perjalanan ke luar kota, sebut saja Riyan dan Pak Asik. Pak Asik sehari-harinya bekerja sebagai supir dan anaknya Riyan sebagai keneknya, saat ini mereka sedang berada di daerah Pekalongan.
PAK ASIK : "Yan kamu lapar gak?"
RIYAN : "Iya pak, dari tadi pagi belum makan, aku lapar banget nih..."
PAK ASIK : "Kalo gitu kamu beli nasi bungkus di Warteg! Nih kunci mobil, kamu bawa mobil aja biar cepet! Jangan lupa beliin juga buat bapak ya?"
RIYAN : "Warteg itu apa sih pak???"
PAK ASIK : "Warteg itu Warung Tegal, begoo...!"
RIYAN : "Aku berangkat dulu ya pak?!"
Setelah ditunggu sampai 2 jam, Riyan baru datang.
PAK ASIK : "Kok lama banget beli nasi bungkusnya!?"
RIYAN : "Ini udah termasuknya cepet pak, biasanya dari Pekalongan ke Tegal kalo macet nyampainya bisa 4 jam!"
PAK ASIK : "Hah!!!!...."
0 komentar :
Posting Komentar