1. Potret Mendiang
Seorang pria yang terkenal takut pada istrinya, pada suatu ketika ditinggal mati sang istri. Sebagai kenang-kenangan, ia menggantung potret mendiang yang galak itu di dinding kamar tidurnya.
Pada suatu hari, ketika memandangi potret itu, ia tiba-tiba teringat akan penderitaannya semasa hidup di bawah ketiang mendiang. Bangkitlah amarahnya, dan ia mengepalkan tangan lalu mengacungkan tinju ke arah potret itu.
Kebetulan, pada saat yang sama angin kencang masuk berhembus ke dalam kamar, sehingga potret itu bergoyang dan seakan-akan hendak copot dari dinding. Pria pengecut itu kaget sekali, menarik tangannya, tersenyum manis dibuat-buat, dan berkata lembut, "Jangan marah Sayang, Kanda hanya sekadar bergurau."
2. Dasar Pedagang
Seorang pedagang ditangkap macan, dan digondol binatang buas itu menuju sarangnya di hutan. Kebetulan, kejadian ini sempat terlihat oleh seorang putranya. Sang putra segera mengambil kapak, dan mengejar raja hutan itu. Ketika jarak mereka semakin dekat, pedagang yang sedang berada di mulut macan itu berteriak kepada anaknya, "Hati-hati memainkan kapakmu! Lukailah kakinya, jangan lebih dari itu. Bila kulitnya rusak berat, kita akan sulit menjualnya ke pasar!"
3. Sama Sakitnya
Lim Bun baru saja membeli ranjang baru, indah dan dihiasi ukiran. Menurut pikirannya, alangkah sayangnya bila ranjang baru ini tidak dipamerkan kepada besannya. Maka, ia pun berpura-pura sakit, dan mengirimkan seorang utusan untuk memanggil besannya datang menjenguk.
Kebetulan, sang besan sendiri baru saja selesai menjahitkan sebuah celana satin yang bagus, dan memang bermaksud memamerkan celana itu kepada Lim Bun. Dikenakannya celana satin baru itu, dan ia pun bergegas berangkat.
Duduk di sisi ranjang baru Lim Bun, sang besan menyingkapkan jubahnya - agar celana baru itu kelihatan - dan mengetuk-ngetukkan jari di atas lutut seraya bertanya, "Apa gerangan penyakit Anda?" Tak mau kalah, Lim Bun pun mengetuk-ngetukkan jari di atas ranjang barunya, dan menjawab, "Penyakit kita sebetulnya sama, Saudaraku."
4. Panen Atas-Bawah
Dua kakak-beradik bekerjasama menanam padi. Ketika masa panen tiba, yang tua berkata, "Aku akan mengambil bagian atas, maka begian bawah menjadi hakmu sepenuhnya."
"Itu tidak adil," si adik membantah.
"Jangan khawatir," kata yang tua. "Tahun depan, engkaulah yang kebagian atasnya, sedang aku dapat yang bawah. Adil 'kan?"
Ketika musim menanam tiba, si adik segera menyiapkan bibit padi. Tapi, kakaknya berkata, "Tahun ini kita tidak menanam padi. Kita menanam kacang tanah saja."
5. Orang Kikir dan Ikan Asin
Seorang kikir sedang siap bersantap dengan kedua orang anaknya. Ketika nasi mulai dihidangkan, anak-anaknya bertanya, "Pak, apakah lauk kita hari ini?"
Sang ayah menjawab, "Tidakkah kalian lihat ikan asin yang tergantung di dinding itu? Pandangilah ikan asin itu, sekali pandang untuk setiap suap."
Mereka pun mulai makan. Tiba-tiba, anaknya yang bungsu mengadu, "Pak, Abang memandang ikan asin itu dua kali untuk sekali suap."
Sang ayah marah. Ia membanting supitnya, dan berkata, "Kelak ia akan menyesal karena terlalu banyak makan garam!"
6. Obat Panjang Umur
Tabib Ti Pu sedang terbaring sekarat di tempat tidurnya. Sejak pagi ia mengerang, semua ramuan sudah dicoba, tetapi penyakitnya tak kunjung reda. Akhirnya, tabib yang termasyhur itu membuat sebuah pengumuman: "Barang siapa sanggup menyembuhkan daku, ia akan kuberi obat panjang umur dengan cuma-cuma."
Koleksi Cerita Humor Terlucu & Terlengkap di Dunia
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar :
Posting Komentar